“Bermimpilah, karena tanpa mimpi orang-orang seperti kita akan mati”
-Arai, Sang Pemimpi-
Pagi itu, seusai merampungkan segala administrasi untuk persiapan yudisium dan wisuda, saat tengah duduk di depan fakultas, saya dihampiri adik kelas saya. Sebut saja namanya Adi, mahasiswa jurusan Tehnik Informatika. Ia berpakaian rapi dengan jas almamater. Saya heran sekali, seingat saya difakultas tidak ada acara resmi yang mengharuskan mahasiswanya untuk memakai jas almamater. Penasaran, saya pun bertanya pada dia. Ada acara apakah?.
Saya terkejut bukan main saat dia mengatakan ingin daftar yudisium. Kok bisa?. Jika saya hitung-hitung seharusnya malah dia belum menyelesaikan seluruh matakuliahnya tahun ini. Prediksi saya, tahun depan mungkin dia baru akan wisuda. Kok dia bisa bareng saya wisudanya?.
Terang-terangan dia mengatakan kalau dia tengah menempuh akselerasi di Jurusannya, yang menyebabkan dia bisa menyelesaikan seluruh matakuliahnya dengan cepat. Bahkan bisa wisuda bareng dengan saya. Meskipun saya terkejut dengan program akselerasi di Jurusannya, karena baru pertama kali hal ini di adakan di fakultas kami, yang membuat saya paling penasaran bukan hal itu. Tidak mungkin hanya karena akselerasi, pasti ada hal lain yang mendorong dia bisa begitu cepat menyelesaikan kuliahnya.
Jawabannya saya dapatkan saat malam syukuran setelah prosesi wisuda kami selesai. Sudah menjadi kebiasaan dalam Organisasi ekstra yang kami ikuti, setelah selesai wisuda kami akan melakukan syukuran bersama teman-teman kami. Malam itu, dia didapuk oleh teman-teman kami untuk mewakili para wisudawan memberikan pesan, kesan dan petuah. Saat itu lah dia membeberkan bagaimana ia begitu cepat menyelesaikan kuliahnya dibanding teman satu angkatannya. Mimpi!.
Ya, mimpi. Dengan gamblang dia membeberkan, semenjak masih SMA dia telah mulai menulis mimpi-mimpinya. Target-target dalam hidupnya. Termasuk menyelesaikan S1 nya dengan cepat. Dia tulis dalam sebuah kertas yang ia pajang di dinding kamarnya.
Setiap orang mempunyai mimpi. Masing-masing orang tentu memiliki impian yang berbeda-beda. Ada yang ingin menjadi dokter, dan mengabdi di pedalaman atau mengabdi untuk daerah yang dilanda peperangan, ada yang ingin menjadi pengusaha sukses, ada yang ingin menjadi pendidik yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk pendidikan, ada yang ingin jadi motivator, ada pula yang ingin jadi penulis.
Semuanya berawal dari mimpi. Tentu kita tak pernah bisa mempercayai bahwa suksesnya seseorang berasal dari mimpi. Rasanya sangat mustahil diwujudkan bila melihat kondisi kita saat membuat impian. Tapi, begitulah kenyataannya. Nyatanya impian menjadi titik awal keberhasilan. Banyak orang besar yang memulai keberhasilannya dari mimpi. Mimpi-mimpi yang ia rangkai itu lah yang menjadi pelecut semangatnya untuk beranjak dari yang awalnya orang biasa menjadi luar biasa. Mimpi merupakan energi yang selalu menjadikan manusia berhasil melewati tantangan demi tantangan yang ia lalui.
Lihatlah, dalam sejarah orang-orang besar yang namanya di abadikan dalam tinta sejarah dunia, semuanya mengawali keberhasilannya dengan mimpi. Mulai dari Mark Zuckerberg, sang pendiri media sosial paling terkenal saat ini. Awalnya Mark hanya ingin membuat program yang bisa menghubungkan teman-teman satu kampusnya. Ia mengambil nama Facebook, yaitu buku yang biasanya berisi daftar anggota komunitas dalam satu kampus.
Siapa sangka,program yang ia rancang hanya untuk kalangan kampusnya, meledak luar biasa. Bahkan melampaui mimpinya, bahkan melintasi berbagai negara dan benua. Program yang ia buat di kamarnya itulah, yang akhirnya mengantarkannya menjadi miliader muda paling sukses saat ini, programnya telah dipakai jutaan orang.
Ada pula, Wilburg bersaudara. Sang penemu pesawat, mereka juga awalnya bermimpi mempunyai kendaraan yang bisa terbang. Akhirnya jadilah pesawat modern yang bisa kita nikmati sekarang. Atau bapak prokalamator kita, Ir. Soekarno. Mimpi beliau untuk membuat negara ini merdeka, lepas dari penjajahan, bukan kah juga berasal dari mimpi.
Mimpi ibarat penunjuk jalan untuk masa depan kita. Mimpi pula yang menjadi panduan agar hidup kita tidak salah arah. Mimpi bisa berperan sebagai kompas, memberitahu kita arah mana yang harus ditempuh. Hingga kita mengetahui arah mana yang benar. Berada pada koridor yang benar.
Mimpi juga berkontribusi besar untuk meningkatkan kekuatan kita. Setiap kesempatan yang kita temui, setiap talenta yang ingin kita kembangkan, menjadi bagian kekuatan kita untuk tumbuh, semakin besar mimpi kita, semakin besar pula kekuatan yang akan kita keluarkan untuk meraihnya.
Ada perbedaan antara orang yang mempunyai mimpi dan tidak. Orang yang mempunyai mimpi hidupnya akan selalu terarah. Mereka memiliki tujuan yang jelas akan dibawa kemana hidupnya. Sedangkan orang yang tidak punya mimpi hidupnya akan begitu-begitu saja, mengalir mengikuti arus, tanpa tahu jelas untuk apa hidupnya dan mau dibawa kemana. Orang besar pun memulai hidupnya dari mimpi, bukan serta merta ia langsung besar. Ia akan melalui tahap menjadi “orang kecil” terlebih dahulu. Yang merangkai mimpi besarnya, berupaya keras untuk mewujudkan mimpinya, membesarkan mimpinya, hingga menjadi orang besar.
Umumnya proses untuk mewujudkan mimpi bukanlah proses yang mudah. Akan banyak kesulitan yang akan kita dapat dalam meraihnya, sehingga kita butuh usaha yang sangat keras. Namun, tantangan berupa kesulitan bukanlah halangan atau pun menjadikan faktor kegagalan dalam meraihnya. Segala tantangan akan membentuk karakter dan pribadi kita menjadi lebih baik dalam berbagai hal.
Lalu seperti apa kita harus melukiskan mimpi kita?. Apakah kita boleh boleh mempunyai mimpi yang kecil, atau langsung mimpi yang besar?.
Saran saya, mimpilah yang besar. Karena jika mimpi kita kecil kita pun berpeluang menjadi orang kecil, saat kita punya mimpi yang besar peluang untuk menjadi orang besar. Tuhan pun tidak menyarankan kita untuk mimpi yang kecil. Karena Tuhan kita Maha besar, maka mimpi kita pun harus besar.
Sebagian orang mungkin akan berkilah, mimpi kecil saja belum tentu tercapai, bagaimana langsung punya mimpi yang besar. Inilah juga perbedaan antara orang yang besar dan orang yang kecil. Orang yang reaktif dan proaktif. Orang kecil akan selalu pesimis untuk memulai mimpinya, merasa mustahil mimpinya akan tercapai, merasa takut untuk bermimpi besar. Takut akan kecewa jika mimpi besar mereka tidak akan sesuai dengan apa yang diimpikannya.
Orang besar akan berpikir sebaliknya, ia akan selalu merasa optimis dan pantang menyerah dalam bermimpi. Ia merasa sayang jika harus bermimpi kecil padahal dia punya kemampuan untuk bermimpi yang besar. Mengoptimalkan seluruh potensinya. Mereka akan merasa sayang jika harus menjadi orang yang biasa saja,padahal bisa menjadi orang luar biasa dengan mimpinya.
Jika ia bisa meraih level mimpi tertinggi, bukan tidak mungkin ia juga bisa meraih mimpi yang kecil. Orang yang reaktif pasti akan bilang “Aku coba, deh”, tidak seratus persen bisa meraihnya, merasa terpaksa dan tidak bisa berbuat banyak. Sedang orang yang proaktif selalu merasa dia bisa mengerjakannya. Yakin, jika orang lain bisa melakukannya, maka dia juga bisa melakukannya.
Jangan pula bermimpi yang sederhana. Tuhan kita Maha Hebat, Maha Besar. Jangan pula mimpi yang tanggung-tanggung, karena kuasa Tuhan itu tak tanggung-tanggung. Bermimpilah yang besar. Impian adalah doa, ketika kita bermimpi besar, pada hakikatnya kita sedang berdoa untuk diberi kebesaran oleh Tuhan.
jangan pula engkau risaukan bagaimana engkau meraih mimpi itu. Ketika engkau telah menuliskan mimpimu, yakinlah bukan hanya Tuhan saja yang akan membantu mewujudkan mimpimu. Tuhan akan selalu berada dalam prasangka hambanya. Bahkan alam semesta pun akan turut serta mendukungmu dan membantu mewujudkan mimpi-mimpimu. Mestakung.
Yakinlah selalu, bahwa mimpi yang dulu kita tulis dan dianggap mustahil bukan tidak mungkin akan tercapai. Menurut Napoleon Hil, ” Apapun yang bisa dibayangkan, yang ada dalam pikiran manusia, serta diyakininya, bisa dicapainya”
Segala masalah yang menghadang dalam usaha kita untuk meraih mimpi, seharusnya tidak menyurutkan langkah kita apalagi semangat kita dalam meraihnya. Masalah yang datang saat kita berusaha keras mewujudkan langkah kita adalah tempaan yang sengaja diberikan oleh Tuhan untuk menjadi orang besar. Masalah juga bisa dimaknai sebagai kasih sayang Tuhan untuk hambaNya.
Ketika Tuhan rindu pada hambaNya, ia akan mengirimkan kasih sayangNya dalam bentuk ujian. Tuhan ingin sang hamba mendekatkan diri padaNya.
Sudah begitu banyak yang membuktikan bahwa sesuatu yang mustahil menjadi tercapai lewat sebuah mimpi. Mimpi membuat sesuatu yang jauh menjadi dekat. Kebesaran dan kesuksesan selalu dimulai dari mimpi. Karena kesuksesan berawal dari mimpi untuk menjadi sukses.
Kita tentu tidak ingin menjadi orang yang tidak punya mimpi. Sungguh malang jika dalam hidupnya ia tidak punya mimpi sama sekali. Mereka hanya menganggap hidup adalah nasib, sehingga sekeras apa pun mereka berusaha, apabila nasib tidak menghendaki mereka sukses, maka mereka tidak akan sukses. Kita seolah meremehkan Tuhan jika punya pendirian sedemikian kecilnya tentang hidup kita sendiri.
Tuhan sendiri pun terang-terangan mengatakan “ Aku tak akan merubah nasib suatu kaum, jika kaum itu tidak merubah nasibnya. Tuh, itu bisa jadi sebuah isyarat kalau Tuhan pun menyuruh kita untuk bermimpi. Mengubah diri,dari yang biasa menjadi luar biasa.
Kita juga tidak ingin menjadi orang yang selalu berada di zona zaman, bukan?. Biasanya orang yang selalu ingin berada di zona ini hidupnya akan datar-datar saja. Mandeg. Tak ada perubahan yang signifikan. Mimpi, akan membuat lompatan yang sangat dahsyat, untuk keluar dari zona tersebut.
Fokuslah pada apa yang menjadi impianmu. Ada banyak juga yang gagal meraih mimpinya karena ia tidak fokus dan lebih mendengar perkataan orang lain. Ia menjadi goyah terhadap mimpinya, tatkala orang memandang remeh mimpinya.
Kritikan, cemoohan, diremehkan seharusnya tidak menjadikan kita lemah dengan mimpi kita. Kita lah yang bertanggungjawab pada mimpi kita. Sampai kapan pun kita tidak akan pernah bisa memuaskan orang lain, tugas kita hanya melakukan yang terbaik dalam mimpi kita. Selebihnya tunjukkanlah pada mereka wujud dari mimpimu yang dulu pernah mereka anggap mustahil
Mulai sekarang, tulislah segala impian. Jangan berpikiran dulu, bahwa mimpi ini akan terwujud atau tidak. Paling tidak tulislah dulu. Tulis apa pun yang ingin kita lakukan. Targetkan kapan kita akan mewujudkan mimpi itu. Jangan lupa sertakan Tuhan dalam setiap mimpi kita, karena Tuhan lah yang akan turut serta dalam tercapainya mimpi kita.
Memang benar, kita tidak akan bisa mencapai semua mimpi kita, tapi tanpa impian, kita tidak akan pernah meraih apa-apa. Ciptakan Impian, lakukan, dan Raih hasilnya.
“Jika Anda tidak bergerak untuk mulai membangun mimpi Anda, seseorang justru akan memperkerjakan Anda untuk membantu membangun mimpi mereka” Tony Gaskins.
0 komentar:
Posting Komentar