Saat kita bekerja dan bos kita memanggil, kita langsung berdiri
bahkan berlari memenuhi permintaannya. Lalu kenapa saat Tuhan memanggil kita, meminta waktu kita hanya lima
menit untuk sholat, berat sekali kita melakukannya
Tuhan
punya banyak sekali cara untuk menegur hambanNya. Lewat beragam masalah,
musibah atau yang lain. Semuanya terbungkus dengan indah. Namun, seringkali
kita tidak sadar ada banyak hikmah dan pelajaran yang terkandung dalam setiap
masalah yang kita hadapi.
Kita
sering menyalahkan Tuhan atas apa yang kita alami. Mendakwa Tuhan bahwa Ia
tidak lagi menyayangi kita. Padahal masalah adalah bentuk lain kasih sayang
Tuhan pada kita. Kalau dalam kehidupan kita ada yang merindukan kita, ingin
mendengar suara kita, itu lah cara Tuhan dalam memanggil kita. Dia rindu
mendengar segala keluh kesah dan doa yang dipanjatkan padaNya. Ia memerintahkan
para Malaikat untuk mengirim masalah pada kita agar kita lebih mendekat
padaNya. Mungkin selama ini kita telah lalai dalam hidup.
Ada
banyak cara dalam menghadapi musibah itu. Ada yang tabah menjalaninya. Namun,
banyak pula yang meratap-ratap dan tiada henti menyalahkan Tuhan. Kita termasuk
yang mana?. Semoga kita termasuk hamba yang selalu tabah dan sabar serta bisa
mengambil banyak pelajaran dari musibah yang menimpa kita.
Banyak
cara untuk menyikapi musibah yang kita hadapi, berikut adalah berbagai cara
agar kita tetap tabah dalam menghadapi setiap masalah yang kita hadapi.
Pertama, bertobat
dan minta ampun pada Allah. Hal ini terasa sepele, tapi jarang disadari
oleh manusia. Tak jarang jika terkena musibah bukan mohon ampun yang kita
lakukan. Namun, pergi kesana kemari mengeluh tiada henti. Padahal dengan
mengeluh masalah yang kita hadapi bukannya semakin mereda, bisa sebaliknya akan
semakin memperburuk keadaan kita. Sebagai manusia yang tak luput dari salah dan
dosa, patutlah jika terkena musibah kita minta ampun dan bertobat pada Allah.
Mungkin saja musibah yang kita alami adalah buah dari perbuatan kita sendiri
yang telah lalai dalam menjalankan perintahNya. Tuhan sedang menegur kita dalam
musibah tersebut.
Ada
sebuah cerita tentang Hasan Al-Basri. Suatu ketika datang seseorang yang
bertanya pada Hasan tentang kesulitan yang ia alami. Penghasilannya menyusut
karena musim paceklik yang berkepanjangan. “Minta ampunlah(istighfar) kepada
Allah agar musim paceklik itu segera berlalu” kata Hasan memberi nasehat.
Esok
harinya, datang lagi orang yang bertanya tentang kesulitannya dalam mendapatkan
keturunan. Hasan menjawab,” Istighfarlah
kepada Allah agar dikarunia keturunan”. Dihari berikutnya datang orang lain
lagi yang juga menyatakan tentang kesulitannya. Lagi-lagi Hasan menjawab yang
sama. Minta ampunlah kepada Allah.
Murid-murid
Hasan pun heran. Kenapa tiga pertanyaan berbeda jawabannya harus sama. Hasan
pun menjawab, “Jawabanku itu bukan atas kemauanku sendiri melainkan berdasarkan
firman Allah. Hasan lalu membacakan surat Nuh ayat 10-13:
“Maka aku katakan: mohon ampunlah kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Dia
Maha pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan lebat dari langit untukmu.
Dia akan memberimu banyak harta dan anak-anak dan mengadakan untukmu
kebun-kebun dan (mengadakan pula didalamnya) untukmu sungai-sungai. Mengapa
kamu tidak meletakkan harapan pada Allah”. (Q.S. Nuh(71):10-13).
Inilah
menariknya ulama besar Hasan Al-Basri menjawab setiap persoalan. Beliau
memfokuskan pada satu kata. Yakni istighfar. Ayat ini menyatakan bahwa
istighfar bisa menurunkan hujan yang lebat, memberi rizqi dan memberi
keturunan. Bahkan menurut Buya Hamka, Istighfar merupakan cahaya hidup. Jika
Tuhan memberi ampunan segala kehidupan akan terasa mudah, persoalan yang
tadinya rumit pun perlahan bisa diselesaikan.
Yang
terjadi pada kita kadang sebaliknya. Alih-alih meminta ampun, bahkan tak jarang
kita malah mencari kambing hitam dalam masalah kita. Bukan menyesali, tapi
menambahi masalah. Akan lebih bijak jika kita bisa introspeksi diri atas
kesalahan-kesalahan kita.
Namun,
yang perlu diingat, Istighfar bukanlah mantera ajaib yang bisa mengubah
permasalahan menjadi selesai dalam sekejab. Istighfar sendiri adalah langkah
awal untuk menyadarkan kita bahwa ada yang salah dalam langkah kita, niat kita
sejak awal. Istighfar adalah pintu taubat.
Istighfar
juga harus disertai dengan usaha. Usaha untuk menyesali kesalahan, berubah
menjadi lebih baik. Kita harus tetap
teguh berpegang pada Al-qur’an dan Sunnah. Harus tetap melakukan keseimbangan
antara zikir, fikir dan doa.
Kedua, sholat tepat waktu. Jika
kita diijinkan untuk merenung, layaklah kita merenung untuk hal yang satu ini.
sudah benarkah sholat kita, sudah benarkah niat kita, dan sudah tepat waktukah
sholat kita.
Banyak
yang meremehkan tentang hal ini. asalkan sudah sholat, maka gugurlah kewajiban
tersebut. Padahal ada yang lebih utama dari itu. Yakni ketepatan waktu. Sering
kita melalaikan tentang waktu, lebih berasyik ria ketika panggilan sholat
datang, bukan beranjak untuk melakukan sholat memenuhi panggilan Allah.
Coba
kita telaah. Di tempat kerja, jika atasan kita memanggil dan memberi tugas,
kita akan bergegas menghampiri dan melaksanakan tugasnya. Tanpa menunda sama
sekali. Berbeda jika Allah yang memanggil kita. Kita bisa pura-pura sibuk,
seolah-olah tak mendengar lantunan Adzan, tak beranjak hingga kebanyakan kita
sholat di akhir waktu. Padahal Allah hanya minta waktu lima menit dari waktu
kesibukan kita. Hanya lima menit. Tak jarang kita juga melakukannya dengan
malas-malas.
Bukankah
wajar jika Allah kemudian menegur kita. Pada atasan saja kita patuhnya minta
ampun, tapi kenapa pada Tuhan kita sendiri, yang paling berhak memberikan
ampunan, yang memberi kita segala nikmat, yang selalu menolong kita dalam
kesulitan. Kenapa waktu Dia meminta waktu kita sebentar saja untuk beribadah kita
sangat berat. Astghfirullah, semoga kita bisa membenahi sholat kita. Kita tidak
lagi mengabaikan perintahNya. Hingga adzab yang lebih pedih pun bisa kita
hindari.
Ketiga, berbaik sangka pada Allah.
Apapun yang menimpa kita tak ada satupun yang buruk. Meski kadang kita
memandangnya buruk yakinlah bahwa Allah selalu memberi yang terbaik. Kita hanya
memandang dari luarnya saja, tanpa mau menelaah terlebih dahulu. Dibalik
masalah yang menimpa kita, Allah pasti punya segudang hikmah yang akan
diberikan pada kita. Hendak menempa kita untuk menjadi manusia lebih baik,
mengangkat derajat kita dengan ujian masalah tersebut.
Dari
Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu dari Rasulullah SAW bahwa Allah SWT berfirman, “Aku
sesuai dengan dugaan hamba-Ku terhadap diriku. Jika Dia berbaik sangka terhadap
diri-Ku, maka itu lah untuknya. Jika dia bersangka buruk terhadap diri-Ku,maka
itu lah untuknya.
Terus
berpikir positif. Dalam bahasa agama berpikir positif ini biasa kita sebut
dengan khusnudzan atau berprasangka baik. Jika kita berprasangka baik maka
hidup ini akan terasa indah. Sebaliknya jika kita terus berpikir negatif,
seakan-akan dunia terasa buruk bagi kita.
Ya bener mbak, kita semakin mendekat pada Allah SWT.
BalasHapusiya mbak..., semoga tetap bisa istiqomah meski badai telah berlalu
Hapus