Ikhlaskan Yang Pergi


Kita akan selalu tersiksa jika kita tidak mengijinkan hati kita untuk melepaskannya. Bukan orang lain yang harus melakukannya, tapi kita sendiri. Ikhlaskan dia dan yakinlah dia sudah mendapat tempat yang terbaik disisinya


Saat berada di depan komputer membaca sebuah cerita di inbox fb, cerita dari sepupu saya, hampir saya menangis. Di tengah penyusunan buku ini, saya meminta tolong sepupu saya untuk menceritakan bagaimana dia bisa move on ketika mendapat musibah berat itu. Kehilangan seorang Ayah. 
Kejadian yang bertubi-tubi datang, tanpa ada yang menghalangi, membuat dirinya hampir shock. Setelah pulang dari umroh, tak ada yang bisa menduga bahwa Ayahnya kemudian harus masuk rumah sakit hingga sebelas hari karena penyakit diabetes beliau kambuh lagi.
Bagaimana dia harus membagi waktu, antara mengurus Ayahnya yang terbaring, bergantian dengan Ibunya, mengurus pekerjaannya, hingga mengurus adiknya yang saat itu tengah menghadapi UAN SMP.
Semakin lama, keadaan Ayahnya bukannya membaik, malah kian memburuk. Bahkan mulai mengeluh sakit kepala. Ia yang sebenarnya ingin agar Ayahnya segera menjalani CT Scan, tidak pernah mendapat ijin dari dokter yang merawat. Yang kemudian mengakibatkan Ayahnya terjatuh di Kamar mandi dan mengalami pendaharan di otak.
Dengan mata kepalanya sendiri ia menyaksikan bagaimana Ayahnya, mulai kehilangan kekuatan tubuhnya,lumpuh satu per satu, mulai lupa bacaan sholat, lupa rakaat sholat, dan akhirnya harus koma.
Semua ia lalui dengan tabah dan sabar. Dengan satu keyakinan dan harapan. Sebuah mukjizat bisa datang agar Ayahnya bisa melalui masa komanya.

Namun, sekali lagi Allah ingin menguji kesabarannya. Ketika Ayahnya kemudian harus menghembuskan nafas terakhirnya,ketika dia tidak ada di sampingnya. Ia begitu terpukul kenapa tidak bisa mendampingi sang Ayah di akhir usianya.
Setelah hampir 3 tahun berlalu, ia yang sebelumnya tidak bisa menerima kenapa Ayahnya pergi begitu cepat, kemudian memutuskan untuk bangkit. Ia sadar jika Ibunya yang begitu tabah dengan kepergian Ayahnya bisa begitu cepat bangkit,maka ia pun harus bangkit secepat mungkin.
Niat. Ia kuatkan niat dalam hatinya, menerapi dirinya sendiri. Membuang segala kesedihan kehilangan Ayahnya bersama balon yang ia tiup dan akhirnya meletus di udara. Ia berharap kesedihannya juga akan hancur melebur seperti balon tersebut.

***

Ikhlas.
Satu kata yang sering kita dengar saat tertimpa musibah, ikhlaskan mereka yang pergi, tapi tahukah kawan tidak semua orang bisa melakukannya. Banyak yang sulit untuk melakukannya. Sebagai manusia tentu kita pernah kehilangan orang yang kita cintai. Entah itu orang tua, saudara, teman atau bahkan kekasih kita.
Perpisahan adalah hal yang niscaya. Kehilangan bisa terjadi pada siapa saja. Bukankah seperti inilah dunia. Ada pertemuan pasti akan ada perpisahan. Jika ada yang datang, suatu saat ia pasti akan pergi. Pasti akan terjadi. Hanya waktunya saja yang bisa lambat atau cepat.
Penyikapan terhadap perpisahan ini juga berbeda-beda pada tiap manusia. Ada yang bersedih hanya sesaat. Ada pula yang sedih hingga berlarut-larut. Semua tergantung pada kondisi emosi sang pelaku.
Namun, sebagai manusia yang beriman, kita telah di larang untuk berlarut-larut dalam kesedihan. Sebagai manusia yang percaya akan ketentuan Allah, seharusnya kita bisa menerima semua yang telah kita terima. Tidak ada yang abadi di dunia. Keabadian hanya akan kita dapatkan di alam akhirat nanti.
Jadi tidak elok rasanya, jika kita kehilangan orang yang kita cintai, kita meratap tak pernah selesai. Terus menyesali diri. Karena bukan hanya merugikan orang disekitar kita, tapi sejatinya kita juga tengah merugikan diri kita sendiri.
Kita yang seharusnya bisa produktif di usia kita sekarang, justru kita habiskan produktifitas kita dengan hal yang tak berguna. Meratapi sesuatu yang tak bakal kembali adalah salah satu sikap menyia-nyiakan umur yang telah diberikan Allah pada kita.
Marilah kita ikhlaskan orang yang telah meninggalkan kita. Menangisi mereka yang telah pergi hanya akan menambah derita dalam hidup kita. Jika orang yang kita cintai telah pergi dan telah mendapat tempat terbaik di sisiNya, kenapa kita masih bertahan di tempat yang menyedihkan yang akan menghancurkan diri kita sendiri. Bergeraklah. Move Up!.

Perpisahan dengan orang yang kita cintai memang sakit dan pedih. Apalagi jika kehilangan pacar(bagi yang punya pacar dan pernah kehilangan). Percayalah, Allah punya skenario terbaik. Ikhlaskan jika dia pergi. Yakinlah Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Apa kawan  ikhlas menghabiskan sisa usia untuk meratapi kepergian kekasih, sedangkan sang kekasih mungkin telah asyik bersama yang lain. Move on!. Move Up!.
Ada hal yang lebih penting yang bisa kita kerjakan selain meratapi kesedihan. Hal-hal negatif semacam itu sampai kapan pun tidak akan pernah membawa kebaikan.
Ikhlaskanlah mereka. Maka Allah akan menggantinya dengan kebahagiaan.


0 komentar:

Posting Komentar