Setiap kita bersyukur, kita telah membekali diri kita dengan energi positif. Energi inilah yang membawa kita pada kesuksesan
![]() |
pict by google |
Seorang laki-laki yang tengah berada dibandara mengamuk. Marah-marah panjang lebar. Pasalnya ia baru saja ketinggalan pesawat yang akan ia tumpangi. Berbagai umpatan keluar dari mulutnya, termasuk memaki-maki sopir taksi yang mengantarnya ke bandara. Meski orang yang ia marahi tidak ada di depannya, ia terus memaki-maki. Menyalahkan. Andai taksi yang ia tumpangi tidak terlambat, dan bisa berjalan lebih cepat, pasti ia tidak akan terlambat dan tidak perlu membeli tiket untuk penerbangan selanjutnya.
Beberapa jam setelahnya, tersiar berita bahwa pesawat yang akan ia tumpangi, mengalami kecelakaan. Beberapa penumpang dalam pesawat dinyatakan tewas. Ia pun kemudian merasa bersyukur karena tidak berada dalam pesawat tersebut. Seandainya ia menumpang pesawat tersebut, mungkin ia akan menjadi salah satu korban.
Di lain tempat, orang dengan keadaan serba sempurna, bisa makan enak, bisa tidur dengan nyenyak, punya pakaian yang bagus dan tentunya layak pakai, punya rumah yang bagus yang lebih dari sekedar untuk tempat berteduh. Akan tetapi, selalu saja ia merasa hidupnya masih selalu kurang. Merasa belum sempurna. Belum dikatakan layak. Padahal, kalau disadari, dibalik hidupnya yang serba sempurna tersebut, tengoklah ke luar barang sebentar. Berapa banyak orang yang sekedar bisa makan kali sehari saja itu sudah lumayan. Punya rumah yang beratap dan berdindingkan kardus itu sudah termasuk mewah baginya. Asalkan bisa berlindung dari terik panas dan dinginnya malam serta hujan.
Mempunyai pakaian yang hanya beberapa biji, sudah sangat mereka syukuri. Bisa menutupi badan. Menghalau dingin yang menerpa tubuh. Menyaksikan, walau sejenak, keadaan yang seperti itu layaknya kita bisa bersyukur.
Dilahirkan di negara yang aman, jauh dari peperangan yang mahadahsyat, seharusnya kita merasa beruntung. Jauh dari penyiksaan, kelaparan, kita merasa beruntung dari pada saudara kita dibelahan bumi lain yang tempat tinggalnya kerap diwarnai perang serta kelaparan yang tiada henti. Saya jadi teringat saudara-saudara kita yang berada di Gaza Palestina. Negara yang hingga saat ini terus dirundung perang tiada habisnya.
Hampir tak ada keadaan tenang disana, tapi yang patut diacungi jempol, para pemuda-pemudinya hampir semua hafal Al-qur’an, 30 juz. Bahkan yang saya dengar, untuk masuk menjadi tentara Al-Qasam pun, salah satu syaratnya adalah hafal 30 juz. Keren bukan. Ditengah kecamuk perang mereka masih bisa menghafal qur’an, kita yang berada di negara yang aman belum tentu bisa melakukannya. Untuk makan dan tinggal pun mereka kini kesusahan, karena fasilitas pendukungnya telah dibombardir tentara Israel tanpa ampun. Bukankah seharusnya, rasa syukur kita lebih banyak dari mereka?.
Nyatanya?. Kita lebih banyak meminta dari pada bersyukur, kadang malah ditambahi keluhan yang tiada habisnya. Manusia memang hanya pandai meminta tapi sulit sekali untuk bersyukur. Jika kita kalkulasi mungkin akan lebih banyak permintaannya dari pada rasa syukurnya, yang juga kerap ditambahi dengan bumbu keluhan.
Bahkan Tuhan pun kesal dengan orang yang tidak bersyukur. Dalam surat Ibrahim disebutkan, “ Dan(ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah(nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari(nikmat-Ku),maka pasti adzab-Ku sangat berat”(Ibrahim:7)
Pernahkah kawan bertemu dengan orang suka sekali meminta-minta, tapi jika dia disuruh untuk berterima kasih sulitnya minta ampun, tidak disuruh malah lebih parah, mulutnya terkunci rapat untuk mengucapkan sekedar terima kasih. Nah, orang yang sulit bersyukur hampir sama dengan orang seperti itu. Meminta banyak, ini dan itu, tapi sulit sekali untuk bersyukur bahkan berterima kasih pun enggan.
Dalam buku 13 Wasiat terlarang saya menemukan kata-kata yang menarik tentang pepatah Cina. “Fan Shi gan ji”. Apa pun yang terjadi patut disyukuri. Apa pun itu wajib kita syukuri. Syukur pun senantiasa dikaitkan dengan sukses. Ada kaitannya?. Tentu ada.
Kaitannya adalah, bahwa syukur adalah salah satu anak tangga untuk menuju kesuksesan. Saya pernah mempraktekkan apa yang saya peroleh setelah membaca buku 13 Wasiat Terlarang nya Mas Ippho. “Bayangkanlah apa yang kamu harapkan dengan penuh syukur, seakan-akan anda telah menerimanya. Dengan demikian kamu akan segera menerimanya, segera”.
Untuk meraih beberapa mimpi saya, pertama yang saya lakukan adalah membayangkan dengan penuh syukur, seolah-olah mimpi itu telah terwujud. Dan hasilnya luar biasa. Beberapa mimpi saya bahkan terkabul dengan waktu yang relatif cepat.
Ada perbedaan mendasar antara bersyukur dengan cara kiri dan cara kanan. Akhir-akhir pembahasan tentang otak kanan, marak dibicarakan. Nah, cara bersyukur ini pun tidak luput dari pembahasan. Bagaimana orang yang cenderung otak kiri atau otak kanannya, memaknai rasa syukur.
Jika bersyukur cara kiri identik dengan meminta terlebih dahulu, dikabulkan baru bersyukur, sebaliknya cara kanan sangat ekstrim menurut saya. Bersyukur terlebih dahulu, meminta, baru dikabulkan. Ajaibnya yang lebih banyak terkabul lebih dahulu, justru yang cara kanan. Saya sudah membuktikannya. Luar biasa.
Syukur juga bisa mendatangkan energi positif bagi kita. Orang yang jarang bersyukur akan cenderung pesimis dan aura positif akan sulit nampak dalam wajahnya. Beda jika suatu ketika ditanya bagaimana kabar kita, kalau kita menjawab kabar kita buruk meski kenyataannya kabar kita memang buruk, tak ada dampak positif bukan. Kita malah tak bersemangat. Kalau jawabnya, Alhamdulilah baik, meski keadaan kita tidak baik-baik amat, yakinlah ada sesuatu yang positif yang mengalir dalam diri kita. Apa itu?. Rasa syukur.
Bukankah kata Alhamdulilah adalah bentuk pengungkapan rasa syukur. Dalam agama manapun selalu diajarkan untuk bersyukur. Karena setiap kali kita mengucapkan kata syukur, atau menyimpan rasa syukur itu, tanpa kita sadari, kita sedang membekali diri kita dengan energi positif. Energi positif inilah yang akan mengantar kita pada kesuksesan.
0 komentar:
Posting Komentar