Tuhan punya banyak cara untuk menegur hamba-Nya. Lewat beragam musibah. Lewat jutaan sebab. Masalah itu hadir untuk mengingatkan kita agar kembali ke jalan yang mendekatkan kepada kebaikan. Ujian kepahitan dan kegagalan bisa jadi mendekatkan diri kepada Allah, bila dihadapi dengan tawakal, berdoa,mengikhlaskan diri disertai keyakinan bahwa Allah Maha Tahu yang terbaik bagi dirinya.
Kata-kata itu saya temukan ketika membaca buku Man Shabara Zhafira-nya Ahmad Rifai Rif’an. Kata-kata itu melekat sekali dalam benak saya. Berulang kali menohok serta membuat saya termenung dalam. Apalagi saat itu saya memang sedang menghadapi masalah berat. Khas masalah anak muda. Patah hati.
Kalau lazimnya anak muda atau orang lain sedang asyik-asyiknya menikmati masa tahun baru dengan bersenang-senang atau berlibur dengan keluarga atau orang tercinta, yang terjadi pada saya justru sebaliknya. Pada hari itu justru Allah menjungkirbalikkan hidup saya 360 derajat. Ke titik terendah. Ya, setelah hampir satu tahun melakukan pendekatan dan akhirnya benar-benar dekat, dengan terpaksa hubungan itu harus saya akhiri. Karena alasan sebuah prinsip yang tidak bisa saya ingkari lagi.
Setelah diingatkan seorang teman, bahwa hubungan yang saya jalani rawan sekali dengan maksiat bahkan sudah mengarah ke pacaran dan menyuruh saya untuk segera mengakhiri jika tidak ada kepastian, saya mulai termenung. Apalagi jika teringat kata-kata yang saya ucapkan ketika SMP, bahwa saya tidak ingin pacaran sebelum menikah. Saya jadi berpikir apakah ini teguran Allah karena langkah saya yang sudah melenceng. Selanjutnya Saya terus berpikir dan merenung setelah mengakhiri hubungan itu. Apakah keputusan yang saya ambil itu tepat?. Karena saya merasa sayang harus mengakhiri,apalagi niat kami memang serius dan jelas pasti ada yang tersakiti. Hingga akhirnya Allah memberi jawaban pada saya lewat sebuah mimpi setelah tahajud.
Dalam mimpi itu, Allah seolah-olah ingin menjawab segala kegelisahan saya. Bahwa keputusan yang saya ambil tidak salah. Benar sekali. Dan saya harus memantapkan diri saya, bahwa keputusan itu tidak salah. Saya yang sempat membantah ketika teman saya menyuruh untuk mengakhiri hubungan itu, setelah mimpi itu terjadi, saya tidak bisa berkutik lagi. Bahkan ketika Allah sendiri yang datang menegur, kenapa saya mau mengelak lagi. Bismilah. Saya mantapkan langkah.
Masalah justru terjadi ketika saya ingin menjelaskan kepada orang yang selama ini dekat dengan saya. Terjadi kesalah pahaman pendapat, yang membuat saya terhenyak. Saya yang sebenarnya ingin berakhir baik-baik, tidak menyangka akan berakhir tidak menyenangkan. Saat itu saya merasa hancur, dan rasanya bagai terlempar ke titik nol derajat. Berhari-hari, berminggu-minggu saya terpuruk dalam kesedihan. Rasanya melakukan apa pun tidak bersemangat. Kacau. Apalagi pekerjaan dikantor dan masalah lain juga ikut menumpuk, membuat saya ingin menangis sejadi-jadinya.
Ketika itu lah saya membaca buku Man Shabara Zhafira dan buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk. Banyak kata-kata dalam buku itu yang membuat saya termenung. Tentang teguran Allah yang terbungkus dalam sebuah masalah. Saya jadi teringat masalah saya sendiri. Mencoba merenung, apa yang salah dan mencoba memahami bagaimana keluar dari masalah ini. Karena jujur, saya sadar tidak mungkin seperti itu terus. Meratapi kesedihan yang selain merugikan saya sendiri juga merugikan orang lain disekitar saya. Dari buku itu serta dari banyak kata-kata motivasi yang saya baca dalam buku lain atau di fanpage milik motivator terkenal, akhirnya saya menemukan berbagai cara untuk Move On serta mempraktekkannya dalam hidup saya. Hasilnya?. Luar biasa!!.
Bahkan sekarang saya merasa bersyukur, awal tahun kemarin mengalami masalah berat seperti itu. Karena dengan masalah itu lah, akhirnya saya menemukan banyak pelajaran. Membuatku menjadi orang yang berbeda. Cara-cara sehingga saya bisa Move On hingga Move Up akan saya jabarkan di sini.
Pertama, minta ampun dan bertaubat pada Allah. Inilah yang pertama kali saya lakukan setelah menyadari banyaknya kesalahan yang saya lakukan. Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Dan sudah pasti punya kesempatan untuk memperbaiki diri. Lewat masalah yang kita hadapilah, terkadang Allah ingin menegur kita saat kita mulai menjauh dari-Nya. Dihadapkan pada banyak masalah, bukan berarti Allah sedang menghukum kita, tapi sebaliknya ingin merangkul kita, mendekap agar mendekat lagi pada-Nya. Memperbaiki kita. Memberi banyak pelajaran serta hikmah yang berguna untuk perjalanan kita kelak dikemudian hari.
Kedua, perbaiki ibadah kita dan banyak mendekat pada Allah. Saat sibuk dengan urusan duniawai, mungkin kita mulai lupa bahkan terlena dengan urusan yang satu ini. Beribadah sekedarnya, hanya menggugurkan kewajiban tanpa mau menikmati yang kita lakukan. Sejenak, renungkanlah. Renungkan ibadah-ibadah yang biasa kita lakukan. Apakah sholat yang kita lakukan sudah tepat waktu, lebih banyak di akhir waktu atau malah tidak pernah melakukan sama sekali. Membaca kalam ilahi, lebih banyak manakah waktu yang kita habiskan untuk mengaji atau membaca sesuatu yang tidak penting. Kita bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk membaca koran, majalah, novel, buku cerita, membaca Sms. Namun, hanya puya waktu lima menit saja untuk membaca ayat-ayat cinta Sang Pencipta. Hal kedua inilah yang saya dapatkan dan saya praktekkan setelah membaca buku Tuhan, Maaf, Kami Sedang Sibuk. Membenahi ibadah wajib, ibadah sunnah, tilawah, memperbanyak sholawat serta dzikir saat sendiri, saat senggang, saat akan tidur. Kenapa banyak dzikir?. Saat sedang ada masalah pasti kita akan lebih banyak menyendiri dan meratap bukan?. saat itu lah celah kosong yang kita ciptakan akan mudah dimanfaatkan oleh syaitan untuk mengganggu kita untuk melakukan hal yang tak berguna. Dengan banyak dzikir hati kita tentu akan terisi dengan hal yang positif.
Ketiga, berprasangka baik pada Allah dan terimalah takdirnya. Ketika musibah atau masalah datang, kadang kala kita selalu menyalahkan Allah. Kenapa Allah memberi ujian sedemikian rupa pada kita. Apalagi jika kita kehilangan orang yang kita cintai, mungkin saat itu kita akan menengadah ke langit dan marah-marah pada Allah. Kenapa menimpakan semua itu pada kita. Itu juga yang saya lakukan, saat terpisah dengan orang yang di cintai. Seolah-olah mendakwa sang Maha Kuasa, kenapa mempertemukan dua manusia jika pada akhirnya akan dipisahkan. Lebih baik tidak usah ditemukan saja. Beres perkara. Namun, jika kita merenung lebih dalam kita akan banyak dapat pelajaran jika kita bisa sabar saat kehilangan seseorang yang kita cintai.
Setiap musibah pasti akan ada maksud yang tersembunyi. Termasuk pertemuan kita dengan seseorang. Bukankah kita hidup di dunia hanya sebentar saja, Cuma mampir saja, suatu saat kita akan meningglkan dunia ini. Begitu juga pertemuan, pasti ada perpisahan. Allah lebih tahu masa depan kita. Mungkin dalam skenario Allah, dengan memisahkan kita dengan orang yang kita cinta, kita akan dipertemukan dengan orang yang lebih baik lagi. Dan lebih tepat bagi kita. Oleh karena itu, berprasangka baik lah pada Allah.
Dari Abu Hurairah Radliyallahu ‘Anhu, dari Rasulullah SAW bahwa Allah SWT berfirman, “Aku sesuai dengan dugaan hamba-Ku terhadap diri-Ku. Jika dia bersangka baik terhadap diri-Ku, maka itu lah untuknya. Jika ia bersangka buruk terhadap diri-Ku, maka itu lah untuknya”
Keempat, Stop lagu Cengeng. Bukan hal asing lagi jika sedang tertimpa masalah kalau tidak mengeluh kesana kemari yang kita lakukan pastilah mendengarkan lagu-lagu syahdu yang bisa mewakili betapa galau serta merananya diri kita. Benar bukan?. Tidak usah menunjuk orang lain, cukup tunjuk hidung kita sendiri saja. Karena saya, atau pun ketika saya amati orang disekitar kita, kalau sedang galau, sedang sedih apalagi patah hati, berulang kali tanpa bosan pasti lagu cengeng yang akan menjadi soundtrack dalam harinya. Mulai sekarang sebisa mungkin hindarilah lagu-lagu itu.
Karena apa, saya pernah membaca bukunya mas Ippho Santosa, yang judulnya 13 Wasiat terlarang. Tentang fenomena kristal air, The Hidden Messages in Water. Dalam buku itu saya mendapat penjelasan,bahwa air yang terkandung dalam tubuh kita seolah-olah mengerti bahasa kita. Saat sedih dan lebih sering mendengarkan lagu cengeng serta galau, kata-kata yang kita ucapkan pun biasanya, mengikuti suasana hati kita. Ikut sedih dan tak bersemangat. Kristal air itu juga akan membentuk diri dengan tampilan yang tidak bagus. Berbeda jika kita banyak mendengar lagu yang semangat, suasana hati kita pun akan ikut semangat. Tidak loyo. Dan ajaibnya, kristal itu akan membentuk sesuatu yang indah. Paling apik dan menarik. Menakjubkan bukan?. Mari kita berjanji bersama-sama untuk tidak mendengar lagu cengeng kapan pun, apalagi saat sedih. Agar energi yang keluar bukan energi yang negatif yang membuat kita makin terpuruk, tapi positif. Bersedia berjanji?.
Kelima, perbanyak syukur dan senyum. Ketika sedang bersedih, sudah lazim kalau kita akan lebih banyak mengeluh. Tapi tahukah justru dengan banyak mengeluh, kita akan makin terpuruk. Seperti fenomena kristal air yang saya paparkan di atas, dengan banyak bersyukur, hidup kita akan lebih menakjubkan. Kita akan lebih banyak mengeluarkan energi positif. Begitu juga dengan senyuman. Sesungguhnya senyuman adalah balsam kegelisahan dan kesedihan. Orang yang tersenyum dalam menghadapi kehidupan akan lebih kuat memikul tanggungjawab dan lebih tegar menghadapi berbagai kesulitan dan mengatasi berbagai kesulitan.
Keenam, perbanyak aktifitas positif. Dengan cara ini kita akan lebih mudah menghilangkan serta melupakan rasa sedih kita dan move on lebih cepat. Misalnya dengan membaca buku-buku motivasi, berkumpul dengan orang-orang yang bersemangat, serta melakukan aktifitas yang kita sukai.
Dengan melakukan hal tersebut, saya bukan hanya bisa Move On bahkan Move Up, tapi insyaAllah menjadi lebih tenang, damai, dan yang lebih luar biasa lagi, selain bisa Move On lebih cepat, saya memperoleh banyak percepatan rezeki setelah itu. Banyak mimpi-mimpi saya yang tidak pernah saya bayangkan sama sekali dalam hidup saya, tercapai dalam waktu yang relatif singkat. Kelima mimpi yang saya tulis dalam dreambook saya tahun ini, hampir semuanya telah tercapai. Dengan waktu yang cepat. Terkadang membuat saya ternganga tidak percaya. Selain itu pekerjaan saya yang semula berantakan juga, perlahan bisa saya selesaikan dengan waktu yang relatif cepat juga. InsyaAllah jika kita makin mendekat padaNya saat mendapat musibah, bahkan saat tidak sedang tertimpa musibah, pertolongan serta rezeki Allah akan datang bertubi-tubi menghampiri.
0 komentar:
Posting Komentar