Melahirkan Anak Pertama, Pengalaman Tak Terlupakan Seumur Hidup. Antara Sedih, Tertawa dan Juga Bahagia




Tak terasa sudah hampir 3 tahun berlalu sejak pengalaman melahirkan anak pertama, tapi rasa nyeri itu masih terasa. Kadang saat udara sedang dingin, gatal menyerang disekitar area perut bekas operasi. Nyeri saat mengangkat beban berat juga sering kali terjadi.

Ya, saya adalah satu dari sekian banyak Ibu yang pernah merasakan dinginnya meja operasi  saat berjuang melahirkan anak pertama. Angan saya untuk bisa melahirkan normal pecah sudah saat dokter memutuskan untuk segera melakukan tindakan operasi karena ketuban sudah keruh.
Masih teringat jelas, malam itu, setelah isya saya merasakan mulas pada perut saya. Karena sebelumnya sering merasakan kontraksi palsu, mulas saat itu saya abaikan. Toh, HPL saya masih kurang 2 hari lagi. Jadi saya tidak pernah berpikiran kalau mulas tersebut adalah tanda-tanda akan melahirkan.
Hingga tengah malam, rasa mulas itu semakin terasa dan semakin sakit. Saya yang waktu itu masih LDR dengan suami dengan sekuat tenaga menahan rasa sakit tersebut. Mulas yang kadang timbul tenggelam.
Saya pun tidak berinisiatif pergi ke bidan, karena saat itu tengah malam, saya takut  mengganggu. Akhirnya sepanjang malam itu saya hampir tidak tidur. Hanya mengerang kesakitan menahan sakit sambil menunggu pagi.
Esoknya, selesai sholat subuh, saya sudah tidak tahan lagi. Dengan diantar adik, akhirnya pergilah saya ke rumah bidan. Dan di sana, dinyatakan sudah bukaan 4. Kaget bercampur panik. Buru-buru segera menghubungi suami. Mengabarkan kalau hari itu saya akan melahirkan.
Menit demi menit. Jam demi jam. Rasa sakit itu semakin luar biasa. Beranjak siang, bidan yang menangani saya mulai putus asa karena bukaan tetap 6 tanpa ada perubahan. Ditunggu hingga sore, tetap tidak ada perubahan. Akhirnya diputuskanlah harus segera di bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Di rumah sakit pun, rasa sakit itu kian terasa. Apalagi setelah bidan memberi obat pendorong. Saya berteriak kesakitan hingga bukaan mencapai sempurna. Perjuangan hampir usai saat bidan rumah sakit memberitahu saya bahwa sang bayi telah nampak rambutnya. Semakin bersemangatlah saya untuk mengejan.
Namun, ditunggu hingga lama, saya tak juga berhasil untuk mengejan lebih kuat dan mengeluarkan jabang bayi. Saat itu lah kabar yang saya hindari, tidak bisa dielakkan lagi. Dokter memutuskan untuk segera melakukan tindakan caesar karena melihat kondisi ketuban yang sudah keruh.
Meskipun berat, mau tidak mau akhirnya saya bersedia dioperasi. Ada nyawa yang harus saya selamatkan. Maka mimpi melahirkan normal pun harus saya buang jauh.
Saya masih ingat dengan jelas, saat berada di meja operasi, saya masih sempat mengejan dan berusaha untuk melahirkan normal. Siapa tahu keberuntungan masih berpihak pada saya, dan bisa brojol saat itu. Tapi, tetap saja upaya saya gagal.
Pisau tajam pun mulai menyayat perut usai anestesi yang diberikan bereaksi dan saya mulai hampir tidak sadar. Hingga menjelang sadar, saya hanya bisa menangkap suara dokter dan perawat yang usai melakukan tindakan operasi.
Selamatkah anak saya? Batin saya saat itu.
Begitu tindakan di ruang operasi selesai, saya pun dipindah ke ruang perawatan dan begitu bahagia saat mengetahui saya melahirkan seorang putri yang sangat cantik dan sempurna.
Hingga saat ini, hampir lama berlalu, saya tetap belum bisa melupakan sensasi melahirkan anak pertama secara caesar. Meski rasa sakit akibat operasi itu masih terasa, banyak kenangan lucu lain dibalik operasi yang tidak bisa terlupakan. Kenangan yang nantinya bisa saya bagikan kepada anak-anak saya.
Sweet memories!

0 komentar:

Posting Komentar