Karena MenemukanMu adalah Tujuan


“Sholat, win...”
“Bentar, ah mbak. Nanggung. Belum jam 2”
Ya. Kata-kata itulah yang sering saya ucapkan di kantor manakala jam istirahat untuk sholat dhuhur dan makan siang datang. Apalagi jika keadaan kantor ramai dari pagi dan pekerjaan menumpuk, maka alasan itu selalu saya lontarkan saat diingatkan soal waktu sholat dhuhur. Saat itu saya malah merasa tidak nyaman jika sholat dhuhur  dilakukan tidak pada jam dua. Aneh. Penyakit khas orang kantoran. Menunda sholat.
Itu berulang kali terjadi hingga saya genap menjadi karyawan selama 2 tahun. Saya belum mau beranjak untuk sholat dhuhur kalau belum jam dua. Payah bukan.
Alhamdulilah, teguran Allah akhirnya datang. Mungkin Allah tidak rela hambanya yang satu ini terlena terus dalam dosa. Meremehkan waktu sholat, bukan hanya waktu sholat dhuhur saja yang molor hingga beberapa jam. Bahkan sholat yang lain pun mulai saya remehkan. Mungkin hanya sholat maghrib yang bisa laksanakan tepat waktu, itu pun karena di keluarga saya diwajibkan berjamaah bersama kala adzan maghrib datang. Sholat lainnya, saat adzan mulai terdengar saya bukannya bergegas mengambil air wudhu dan sholat, malah saya makin asyik dengan kegiatan saya. Dan akan beranjak sholat jika sudah mendekati akhir waktu. Duh...kalau ingat-ingat itu rasanya saya ingin sekali menangis.
Teguran itu datang bersama musibah yang lain. Saya ingat waktu itu adalah awal tahun 2014. Tahun baru. Ketika dengan terpaksa saya harus mengakhiri hubungan yang saya bina dengan seorang laki-laki yang spesial di hati saya. Hubungan yang hampir setahun berjalan, pun harus saya akhiri karena teguran Allah pula. Bagaimana pun dalam Islam hanya diberlakukan hubungan yang halal yang terbingkai dalam pernikahan.  Hubungan yang mulai mengarah ke arah pacaran itu, mulai mengusik hati nurani saya. Karena saya ingin mentaati apa yang diperintahkan oleh Allah, maka dengan berat hati pun saya memutuskan hubungan itu.
Saya sudah tidak bisa membayangkan keadaan diri saya saat itu. Mungkin bagi sebagian orang terasa lebay, tapi jujur saya saat itu sangat hancur. Saya merasa di titik terendah. Selalu merenung mencari jawaban, sebenarnya apa yang salah dengan proses yang saya tempuh?. Kenapa jalan untuk ke arah serius bagi saya sangat sulit sekali. Saya goyah dan butuh pegangan.
Saya terus merenung dan mencari jawaban. Hingga akhirnya pertengahan  Januari 2014, entah kenapa saya ingin sekali membaca buku yang ditulis oleh Ahmad Rifai Rifan. Karena kebetulan saya kenal dengan penulisnya, rasa penasaran dengan buku-bukunya makin tak terbendung saat ia terus menerus menerbitkan bukunya. Batin saya, nih anak produktif banget ya?.
Awalnya buku yang ingin saya baca, adalah Man Shobara Zhafira dan Perfect Muslimah karena saya merasa akan mendapat spirit dari kedua buku ini, tapi ketika itu saya juga membeli buku Tuhan, Maaf, Kami Sedang Sibuk. Dan anehnya dari ketiga buku yang saya baca itu, yang menampar saya dengan keras adalah buku Tuhan, Maaf, Kami Sedang Sibuk. Saat membaca sinopsisnya sungguh saya hanya termangu. Terdiam. Ingin menangis. Apa-apaan ini. Sindiran penulisnya tepat banget. Saya jadi ingat dengan apa yang saya lakukan selama di kantor yang kerap sekali menunda sholat. Juga yang saya lakukan di rumah.

Saat membaca isi demi isi bukunya, saya makin termenung. Inikah teguran Allah.  Apakah Allah juga ingin memberi jawaban atas pertanyaan yang saya cari-cari. Mungkin Allah ingin memperbaiki saya saat itu. Dengan terlebih dahulu menyuruh saya untuk memutuskan hubungan yang tak halal itu.
Dia ingin menegur saya lewat tulisan-tulisan itu dan ingin memperbaiki saya. Menjadi hamba yang minimal lebih baik dari kemarin. Setelah beberapa hari merenungi tulisan yang tertuang dalam bab Tuhan, Maaf, Kami Sedang Sibuk. Saya mulai sadar bahwa saya salah. Salah besar.
Dan di satu malam, saat tahajud saya menangis tersedu-sedu menyesali dosa atas pengabaian waktu sholat yang saya lakukan juga ketika mengabaikan Allah. Lebih mementingkan yang lain dari pada Allah sendiri. Lebih mementingkan dunia dari pada akhirat. Malam itu saya merasakan nikmat yang luar biasa yang belum pernah saya rasakan. Bahkan saya merasa Allah ada di depan saya, mendengarkan permohonan saya untuk di ampuni dan juga mendengarkan segala keluh kesah saya.
Sejak itu saya selalu memohon ampun pada Allah.  Berjanji akan memperbaiki semuanya. Mulai dari menata niat, akan memperbaiki ibadah, banyak membaca Al-quran, dzikir dan lainnya, terutama sholat tepat waktu. 
Saya mulai menerapkannya perlahan-lahan. Saat di rumah, setiap kali adzan terdengar, sebisa mungkin saya meninggalkan aktifitas saya dan langsung sholat. Begitu juga saat di kantor. Jika dulu saya selalu berteriak saat di suruh sholat dhuhur,
“Nanti mbak, masih malas....”
Itu tidak lagi saya lakukan. Saya berusaha sekuat tenaga menjaga azzam saya untuk sholat tepat waktu. Jika sudah terdengar iqomah, saya pun langsung meminta izin pada atasan saya untuk sholat dhuhur. Sesibuk apa pun itu.
Saya ingin pelan-pelan mengubah kebiasaan saya.
Dan....efeknya sudah terasa beberapa hari kemudian. Sampai saat ini rasanya saya belum bisa percaya saya bisa mengalaminya. Belum bisa percaya.
Setelah berazzam untuk konsisten sholat tepat waktu, pikiran saya mulai tenang. Saya juga bisa bangkit dari keterpurukan saya karena musibah itu. Pekerjaan saya yang terbengkalai beberapa bulan pun anehnya bisa saya selesaikan hanya beberapa hari. Padahal sebelum  itu, masyaAllah...sulit sekali rasanya mengerjakannya. Padahal sudah lembur di rumah pula. Saya pun mendapatkan kemudahan-kemudahan lain sebagai efeknya.
Ada efek lain sebenarnya yang menurut saya lebih dahsyat selain saya mendapat berbagai kemudahan. Setelah mendapat teguran itu, saya mendapat sebuah bisikan untuk membaca surat Ar-rahman. Setelah membuka dan membacanya berulang kali, malah ada bisikan lain untuk menghafalnya. Awalnya saya merasa berat sekali. Apalagi setelah tahu ada berapa ayat dalam surat Ar-rahman.
Akan tetapi sekali lagi bisikan itu terlalu kuat. Bismillah..saya pun pelan pelan berniat menghafalnya.  Target saya, saya akan berhasil menghafalnya dalam satu bulan. Tapi, Subhanallah, lagi-lagi Allah memberi kemudahan. Saya sanggup menghafal surat Ar-rahman dalam waktu dua minggu. Jujur saat itu saya tidak percaya. Saya hanya mampu terdiam saat menyelesaikan hafalan ayat terakhir. Ya, Allah...inikah nikmat yang kau janjikan?.
Setelah menghatamkan surat Ar-rahman, lagi-lagi saya mendapat bisikan untuk lanjut lagi menghafal surat Al-waqiah. Mungkin sekalian ya. Kan dua surat itu berjejeran. Saya pun berazam untuk menghafalnya. Meski butuh waktu lebih lama dari menghafal surat Ar-rahman, Alhamdulilah Allah selalu memberi kemudahan. Allah akan langsung menegur jika pada saat murajaah saya melakukan kesalahan. Lupa bunyi ayatnya.
Saya sangat merasakan sekali efek sholat tepat waktu itu. Selain diberi kemudahan menghafal dua surat itu, saya pun mulai berani menulis mimpi-mimpi saya dalam dream book. Salah satu mimpi saya tahun 2014 telah terwujud khatam Ar-rahman sebagai kado ulang tahun saya yang ke 28. saya juga selalu minta pada Allah, agar selalu diberi kemudahan untuk bisa menghafal juz 30  dan juz-juz yang lain tahun berikutnya. Juga mimpi2 lain yang terwujud dengan indah.
Itu lah beberapa keajaiban yang saya alami setelah saya menerapkan apa yang tertulis dalam buku Ahmad Rifai Rifan. Kemudahan, ketenangan, kejernihan pikiran, semangat baru,jiwa baru, mimpi baru,diri yang baru, bangkit dari keterpurukan dan lebih utamanya Menemukan kembali Allah dalam jiwa saya. Ingin selalu dekat dengan Allah.
Saya tidak bisa membayangkan jika saya telat membaca buku itu, mungkin lama saya akan berputar-putar di jalan yang salah. Terimakasih untuk penulisnya, menghadirkan buku itu laksana oase di tengah gurun yang kering.  


0 komentar:

Posting Komentar